Karantina rumah atau isolasi mandiri adalah upaya pembatasan penghuni dalam suatu rumah beserta isinya yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi untuk mencegah penyebaran penyakit atau kontaminasi. Masyarakat lain di luar rumah tersebut harus menghindari berinteraksi langsung dengan penghuni rumah atau tidak boleh menggunakan/ bersentuhan dengan barang yang belum didisinfeksi.
Isolasi diri dilakukan dengan memantau kondisi kesehatan diri sendiri dengan menghindari kemungkinan penularan dengan orang-orang sekitar termasuk keluarga, melaporkan kepada fasyankes terdekat kondisi kesehatannya Apabila masyarakat menjalani karantina rumah maka harus berkomunikasi per telpon dengan keluarga di luar rumah tersebut secara periodik, dan meminta dukungan apabila memerukan bantuan. Karantina rumah dilakukan melalui isolasi diri.
Sumber : Buku panduan Isoman PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) 2021
Apa perbedaan antara isolasi mandiri, karantina mandiri, dan menjaga jarak fisik?
Karantina berarti membatasi kegiatan atau memisahkan orang yang tidak sakit tetapi mungkin terpajan COVID-19. Tujuannya adalah untuk mencegah penyebaran penyakit pada saat orang tersebut baru mulai mengalami gejala. Isolasi berarti memisahkan orang yang sakit dengan gejala COVID-19 dan mungkin menular guna mencegah penularan. Menjaga jarak fisik berarti terpisah secara fisik. WHO merekomendasikan untuk menjaga jarak setidaknya 1 meter dari orang lain. Jarak ini merupakan ukuran umum tentang seberapa jauh semua orang harus saling menjaga jarak walaupun mereka baik-baik saja tanpa diketahui terpajan COVID-19 atau tidak.
sumber: WHO
Apa Saja Syarat Isolasi Mandiri ?
Tidak Bergejala/ asimptomatik, Gejala ringan, Lingkungan rumah/ kamar memiliki ventilasi yang baik
Sumber : Buku panduan Isoman PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) 2021
Apa saja gejala Covid-19 yang diperbolehkan isolasi mandiri dirumah ?
Seseorang yang terpapar virus Covid-19 boleh isolasi dirumah dengan syarat tanpa gejala atau frekuensi nafas 12-20 kali permenit dan saturasi >95% atau bergejala ringan seperti : sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, demam, batuk kering ringan, fatigue/ kelelahan ringan, anoreksia, kehilangan indra penciuman/ anosmia, kehilangan indra pengecapan/ ageusia, mialgia dan nyeri tulang, mual, muntah, nyeri perut, diare, konjungtivis (radang/ iritasi mata), Kemerahan pada kulit/ perubahan warna pada jari jari kaki.
Sumber : Buku panduan Isoman PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) 2021
Apa saja alat yang perlu disediakan dirumah jika isoman?
Termometer (Pengukur suhu), dan Oxymeter (Pengukur saturasi oksigen)
Sumber : Buku panduan Isoman PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) 2021
Apa yang harus dilakukan saatl isolasi mandiri?
Termometer (Pengukur suhu), dan Oxymeter (Pengukur saturasi oksigen)
Sumber : Buku panduan Isoman PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) 2021
Bagaimana Protokol Isoman?
Bagaimana Protokol Isoman?
A : Rutin memeriksa suhu tubuh pagi dan sore, melakukan pemeriksaan saturasi oksigen dan frekuensi nadi secara berkala, memantau laju pernafasan dengan menghitung jumlah nafas dalam 1 menit, dan mengonsumsi makanan bergizi.
Sumber : Buku panduan Isoman PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) 2021
Kegiatan apa saja yang dilakukan selama isolasi mandiri ?
Selama isolasi, anda dapat melakukan beberapa aktivitas seperti :
Membuka jendela kamar untuk cahaya matahari masuk dan sirkulasi udara,
Berjemur di bawah matahari selama 10-15 menit antara pukul 10.00- 13.00,
Rutin mencuci tangan dengan air atau hand sanitizer,
Melakukan olahraga ringan 3-5 kali seminggu,
Makan makanan bergizi 3 kali ssehari secara terpisah dengan keluarga.
Memisahkan cucian kotor dengan keluarga
Membersihkan kamar setiap hari dengan tetap menggunakan masker
Mencuci alat makan sendiri
Memeriksa suhu dan saturasi secara berkala
Dan tidur dikamar pribadi yang terpisah dengan anggota keluarga lain
Sumber : Buku panduan Isoman PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) 2021
Obat apa saja yang perlu dikonsumsi saat isolasi mandiri?
Vitamin C, D, Zinc, atau sesuai anjuran dokter. Hubungi pelayanan kesehatan terdekat untuk bimbingan pemantauan mandiri.
Sumber : Buku panduan Isoman PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) 2021
Berapa lama isolasi mandiri dilakukan ?
orang tanpa gejala melakukan isolasi selama 10 hari sejak terkondirmasi positif, apabila positif dengan gejala ringan, isolasi dilakukan selama 10 hari sejak timbul gejala dan berakhir minimal 3 hari setelah bebas gejala.
Sumber : Buku panduan Isoman PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) 2021
Apa yang perlu diwaspadai saat isolasi mandiri ?
Waspada gejala pneumonia dengan tanda klinis demam, batuk, sesak, nafas cepat dengan frekuensi >30x/menit, atau saturasi <93% pada udara ruangan.
Sumber : Buku panduan Isoman PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) 2021
Bagaimana etika batuk dan bersin yang benar?
Menutup mulut dan hidung dengan tisu atau dengan lengan atas bagian dalam.
Sumber : Buku panduan Isoman PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) 2021
Bagaimana menjaga ruangan agar tetap bersih selama isoman?
Menjaga kebersihan dapat dilakukan dengan desinfeksi ruangan secara berkala dengan air sabun/ detergen atau menggunakan cairan khusus desinfeksi. Contoh benda benda yang perlu dilakukan desinfeksi adalah gagang pintu, keran air, toilet, wastafel, saklar lampu, meja, kursi, dan tempat tidur.
Sumber : Buku panduan Isoman PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) 2021
Bagaimana cara menjaga kondisi mental saat isolasi mandiri?
Pembatasan sosial dapat membuat bosan dan frustasi. Anda bisa merasakan dampak pada perasaan seperti murung, kurang bersemangat, cemas, atau kurang tidur dan rindu keluar rumah bertemu orang lain. Beberapa langkah mudah yang dapat membantu, untuk dapat tetap aktif secara fisik dan mental seperti:
Tetap melakukan aktivitas fisik dan melihat beberapa ide olahraga di rumah (yoga, senam untuk sendiri, dan sebagainya).
Lakukan hal yang anda nikmati, seperti membaca, masak, melakukan hobi di dalam rumah, mendengarkan radio atau menonton TV
Makan makanan sehat, seimbang, minum air cukup, olahraga teratur, dan menghindari rokok.
Buka jendela rumah untuk udara segar, dan usahakan dapat sinar matahari cukup, atau pergi ke taman.
Berkomunikasi dengan keluarga melalui telepon atau platform media sosial.
Anda juga bisa berjalan keluar rumah jika bisa mempertahankan jarak 1-2 meter dari yang lain.
Sumber : Buku panduan Isoman PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) 2021
Apa yang harus saya lakukan jika saya memiliki gejala COVID-19 dan kapan saya harus mencari pertolongan medis?
Jika Anda mengalami gejala ringan, seperti batuk ringan atau demam ringan, secara umum tidak perlu mencari pertolongan medis. Tetap di rumah, isolasi diri, dan pantau gejala Anda. Ikuti panduan nasional tentang isolasi mandiri.
Namun, jika Anda tinggal di daerah dengan malaria atau demam berdarah, Anda tidak boleh mengabaikan gejala demam. Segera cari pertolongan medis. Saat Anda pergi ke fasilitas kesehatan, kenakan masker jika memungkinkan, jaga jarak setidaknya 1 meter dari orang lain, dan jangan menyentuh permukaan benda dengan tangan Anda. Jika yang sakit adalah anak, bantu anak untuk mematuhi nasihat ini.
Segera cari perawatan medis jika Anda mengalami kesulitan bernapas atau nyeri/tekanan di dada. Jika memungkinkan, hubungi penyedia layanan kesehatan Anda terlebih dahulu, sehingga Anda dapat diarahkan ke fasilitas kesehatan yang tepat.
sumber: WHO
Apakah anak-anak atau remaja dapat terinfeksi COVID-19?
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja memiliki risiko terinfeksi dan menularkan ke orang lain yang sama seperti kelompok usia lainnya. Sampai saat ini, bukti menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja lebih kecil kemungkinannya terkena penyakit yang serius, meskipun penyakit yang serius masih dapat terjadi pada kelompok usia ini. Anak-anak dan orang dewasa harus mengikuti panduan yang sama tentang karantina dan isolasi mandiri jika ada kemungkinan bahwa mereka telah terpajan atau mulai menunjukkan gejala. Sangat penting bagi anak-anak untuk menghindari kontak dengan orang tua dan orang lain yang berisiko memiliki penyakit serius.
sumber: WHO
Apa yang dimaksud dengan Rapid Test atau Tes Cepat COVID-19?
Rapid Test atau tes cepat COVID-19 bertujuan untuk mendeteksi kasus secara dini sehingga pemerintah dapat menyusun dan melakukan tindakan yang tepat untuk menghentikan penyebaran virus corona.Tidak semua orang perlu mengikuti Rapid Test atau tes cepat. Hanya mereka yang direkomendasikan oleh petugas kesehatan yang perlu menjalaninya.
Sumber : https://covid19.go.id/
Rapid Test seperti apa dilakukan di Indonesia?
Saat ini pemerintah melaksanakan kebijakan Rapid Test atau tes cepat. Rapid test dilakukan dengan mengambil tetes darah untuk melihat antibodi. Dengan dilakukannya Rapid Test di banyak daerah, akan ada lonjakan kasus positif. Mengetahui kasus positif penting bagi pemerintah untuk mengambil tindakan tepat dalam penanganan wabah COVID-19. Tidak ada aktivitas mobilisasi massa untuk pemeriksaan.Petugas akan mendatangi rumah ke rumah menelusuri riwayat kontak erat seseorang.
Sumber : https://covid19.go.id/
Bagaimana Rapid Test bekerja?
Hasil Rapid Test dapat diperoleh dengan cepat, yaitu 2-15 menit. Perlu diingat: Antibodi baru dihasilkan tubuh antara 8-10 hari setelah timbul gejala sehingga tetap ada kemungkinan hasil negatif yang keliru Hasil positif bisa terjadi karena infeksi lain, seperti demam berdarah, sehingga tetap ada kemungkinan hasil positif yang keliru
Sumber : https://covid19.go.id/
Apa yang harus dilakukan setelah mendapat hasil Rapid Test?
Hasil positif harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan Laboratorium di Rumah Sakit Rujukan. Hasil negatif harus diulang pada hari ke-10. Sementara menunggu, orang harus isolasi diri selama 14 hari. Jika muncul demam tinggi dan sesak napas maka segera ke Rumah Sakit rujukan.
Sumber : https://covid19.go.id/
Ada anggota keluarga yang menunjukkan gejala virus corona yang ringan, bagaimana caranya saya merawatnya di rumah?
Bila ada anggota keluarga yang mengalami demam, rasa lelah atau batuk kering, cari pertolongan pada sarana kesehatan dan ikuti perintah tenaga kesehatan. Bila diminta **rawat di rumah** dan Anda mampu, tempatkan anggota keluarga itu di **ruang terpisah yang memiliki akses ke kamar mandi**. Anggota keluarga itu harus **memakai masker** dan menghindari kontak dengan anggota keluarga lainnya dan **tidak boleh meninggalkan rumah kecuali berobat**. Meski terisolasi, Anda masih dapat menunjukkan kasih sayang dan perhatian dengan tetap berkomunikasi via telepon atau WA, bantu mengerjakan tugas-tugasnya yang terbengkalai dan menyediakan makanan untuknya. Secara teratur **bersihkan permukaan benda-benda** atau bagian-bagian di rumah yang sering disentuh tangan dengan disinfektan termasuk kamar mandi yang digunakan anggota keluarga yang tengah diisolasi setiap selesai digunakan.
Sumber : https://covid19.go.id/
Apakah penyemprotan cairan disinfektan dapat melindungi saya dari virus corona?
Cairan disinfektan bisa membersihkan virus pada permukaan benda-benda dan BUKAN pada tubuh atau baju dan TIDAK AKAN melindungi Anda dari virus jika berkontak erat dengan orang sakit. Virus berpindah melalui percikan batuk/bersin orang sakit yang kemudian terhirup orang lain atau menempel di permukaan benda yang kemudian disentuh lalu masuk melalui mata, hidung atau mulut orang lain. Cairan disinfektan dapat membersihkan virus yang menempel di permukaan benda seperti meja, gagang pintu atau saklar lampu yang kerap disentuh orang. Membersihkan permukaan benda-benda itu sangat penting bila Anda melakukan isolasi diri di rumah dan untuk menggunakan cairan disinfektan, pastikan Anda sudah membaca petunjuk di label produk. Pemakaian cairan disinfektan secara langsung ke tubuh dapat membahayakan diri Anda.
Sumber : https://covid19.go.id/
Jika anak terinfeksi covid-19, apakah syarat melakukan isolasi mandiri bagi anak?
Syarat Isolasi Mandiri bagi anak :
Tidak bergejala/ asimptomatik
Gejala ringan (seperti batuk,pilek, demam, diare, muntah,ruam-ruam)
Anak aktif, bisa makan minum
Menerapkan etika batuk
Memantau gejala/ keluhan
Pemeriksaan suhu tubuh 2 kalisehari (pagi dan malam hari)
Lingkungan rumah/ kamar memiliki ventilasi yang baik
Sumber : Buku panduan isolasi mandiri anak IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) 2021
Apa saja hal yang perlu di perhatikan saat anak isolasi dirumah?
Orang tua dapat tetap mengasuh anak yang positif, Orang tua atau pengasuh disarankan yang risiko rendah terhadap gejala berat COVID-19. Jika ada anggota keluarga yang positif, maka dapat diisolasi bersama. Jika orang tua dan anak berbeda status COVID, disarankan berikan jarak tidur 2 meter di kasur terpisah. Dan berikan dukungan psikologis pada anak
Sumber : Buku panduan isolasi mandiri anak IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) 2021
Kapan anak yang isoman perlu dibawa ke rumah sakit ?
Anak perlu segera dibawa ke rumah sakit apabila :
Anak banyak tidur
Napas cepat
Ada cekungan di dada, hidung kembang kempis
Saturasi Oksigen <95%
Mata merah, ruam, leher bengkak
Demam > 7 hari
Kejang
Tidak bisa makan dan minum
Mata cekung
BAK berkurang
Terjadi penurunan kesadaran
Sumber : Buku panduan isolasi mandiri anak IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) 2021
Bagaimana cara melakukan inisiasi menyusu dini pada bayi baru lahir jika ibu terkonfirmasi positif Covid-19?
Inisiasi Menyusui dapat dilakukan bila status Ibu adalah kontak erat atau kasus suspek COVID dan dapat dipertimbangkan pada Ibu dengan status terkonfirmasi COVID (gejala ringan/ tanpa gejala), bila klinis Ibu maupun bayi baru lahir dikatakan stabil. Ibu dapat menggunakan APD minimal masker. Pastikan mencuci tangan sebelum menyentuh dan menyusui Bayi, serta melakukan etika batuk yang baik
Sumber : Buku panduan isolasi mandiri anak IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) 2021
Bagaimana cara melakukan perawatan pada bayi jika ibu terkonfirmasi positif Covid-19?
Bayi sehat dari Ibu suspek COVID dapat dirawat gabung dan menyusu langsung
dengan mematuhi protokol pencegahan secara tepat. Bayi dari Ibu terkonfirmasi COVID dilakukan perawatan di ruang isolasi khusus terpisah dari ibunya. Jika kondisi Ibu tidak memungkinkan merawat bayinya, maka keluarga lain yang berkompeten dan tidak terinfeksi COVID dapat merawat bayi, termasuk membantu pemberian ASI perah selama Ibu dalam perawatan. Pastikan ASI diperah mengikuti protokol kesehatan, botol ASI dibersihkan sebelum diberikan kepada pengasuh lain.
Sumber : Buku panduan isolasi mandiri anak IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) 2021
Apa pentingnya penggunaan masker pada anak ?
Anak usia 2 tahun ke atas atau yang sudah dapat menggunakan dan
melepaskan masker, dianjurkan menggunakan masker. Masker harus terpasang tepat pada anak. Berikan "istirahat masker" jika anak berada di ruangan sendiri atau ada jarak
2 meter dari pengasuh. Masker tidak perlu digunakan saat anak tidur
Pengasuh yang berada di ruangan yang sama harus menggunakan masker atau pelindung mata bila memungkinkan.
Sumber : Buku panduan isolasi mandiri anak IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) 2021
Kapan anak dinyatakan selesai isolasi mandiri ?
Umumnya gejala akan hilang 14 hari. Dianjurkan melakukan pemeriksaan swab ulang 10-14 hari setelah H1 gejala atau setelah swab pertama positif (bila tidak bergejala). Bila tidak bisa melakukan pemeriksaan swab, maka disarankan isolasi 10 hari + 3 hari setelah bebas gejala. Pada penderita dengan gejala berat atau pasien kronik, umumnya masa menular lebih panjang, sehingga dokter yang akan menentukan kapan selesai isolasi.
Sumber : Buku panduan isolasi mandiri anak IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) 2021